Kata Pengantar
Dengan
mengucapkan puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala, maka kami
bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “bangun dan bangkitlah wahai pejuang islam”
dan dengan harapan semoga makalah ini bisa bermanfaat dan menjadikan referensi
bagi kita sehingga lebih mengetahui makna perjuangan islam masa kini dan masa
lalu. Makalah ini juga sebagai persyaratan tugas pada mata pelajaran agama Islam
.
Akhir kata semoga bisa bermanfaat bagi teman dan guru, Umum
khususnya pada diri saya sendiri dan semua yang membaca makalah ini
semoga bisa dipergunakan dengan semestinya.
Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah
ini.
Jepara
, 23 februari 2015
diki
setiawan
BAB 1
PENDAHULUAN
Saat
ini diperkirakan terdapat antara 1,25 hingga 1,4 miliar umat Islam yang
tersebar di seluruh dunia. Dari jumlah tersebut, 18% diantaranya hidup di
negara-negara Arab, 20% berada di Afrika, 20% berada di Asia Tenggara, 30%
berada di Asia Selatan yakni Pakistan, India dan Bangladesh. Indonesia adalah
negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Populasi muslim juga dapat
ditemukan dalam jumlah yang signifikan di Amerika
Serikat, Republik Rakyat Cina, Eropa, Asia Tengah, dan Rusia.
Pertumbuhan umat Islam sendiri
diyakini mencapai 2,9%/tahun, sementara pertumbuhan penduduk dunia hanya
mencapai 2,3%/tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa Islam sebagai agama
dengan pertumbuhan pemeluk yang tergolong cepat di dunia. Beberapa pendapat
menghubungkan pertumbuhan ini dengan tingginya tingkat kelahiran di banyak
negara Islam (6 dari 10 negara di dunia dengan angka kelahiran tertinggi di
dunia adalah negara yang penduduknya mayoritas muslim). Namun belum lama ini,
sebuah studi demografi telah menyatakan bahwa angka kelahiran di negara-negara
muslim menurun hingga ke tingkat negara Barat.
Perkembangan penduduk muslim
yang cukup signifikan tentu saja berpengaruh kuat terhadap perilaku umat Islam
itu sendiri. Pada zaman Rasulullah saw., umat Islam jumlahnya masih sedikit dan
oleh karena itu penanganannya juga tidak serumit saat ini. Berbagai macam
kelompok muslim yang satu dengan yang lainnya memiliki persepsi tentang Islam,
menjadikan Islam berwarna-warni. Sepanjang masih saling menghargai dan
bertoleransi antara intern agama, insnya Allah Islam akan berkembang
pesat dengan baik. Akan tetapi, jika setiap kelompok mengklaim bahwa
kelompoknyalah yang paling benar, inilah awal dari kehancuran Islam.
Berdasarkan analisis tersebut, kita sebagai pemeluk Islam harus tetap waspada
dan terus belajar tentang Islam secara kaffah sehingga akhirnya menjadi muslim
yang arif dan bijaksana.
Islam merupakan agama yang
memberi kebebasan kepada pemeluknya untuk mengekspresikan diri asalkan masih
dalam koridor dan sesuai dengan kaidah ajaran Islam serta sejalan dengan tujuan
penciptanya, yakni untuk beribadah kepada Allah Swt. Perjalanan sejarah umat
Islam telah membuktikan bahwa setiap saat ada umat yang senantiasa berposisi
sebagai pemberi motivasi atau pembaharu bagi masyarakat.
RUMUSAN MASALAH :
1.
Membahas
islam periode modern
2.
Siapa
tokoh tokoh pembaharuan islam
3.
Apa
Jenis pembaruan islam
4.
Bagaimana
perkembangan islam periode modern
5.
Bagaimana
Bangkitnya pejuang islam
TUJUAN :
1.
Mengetahui
islam periode modern
2.
M,engetahui
Tokoh tokoh pembaharu
3.
Mengetahu
Jenis pembaharu
4.
Menelaah
perkembangan islam periode modern
5.
Bangkitnya
pejuang islam
BAB
2
PEMBAHASAN
A.
Islam pada
Masa Modern (1800 – sekarang)
Islam pada periode Modern ini
dikenal dengan era kebangkitan umat Islam. Kebangkitan umat Islam disebabkan oleh adanya benturan antara
kekuatan Islam dengan kekuatan Eropa.Benturan itu menyadarkan umat Islam bahwa
mereka sudah cukup jauh tertinggal dengan Eropa. Hal ini dirasakan sekali oleh
Kerajaan Turki Usmani yang langsung menghadapi kekuatan Eropa untuk pertama
kalinya. Kesadaran tersebut membuat penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah
untuk belajar dari Eropa. Guna memulihkan kembali kekuatan Islam, Kerajaan
Turki mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi apa yang menjadi
penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide pembaharuan dan ilmu pengetahuan
dari Barat.
Pada sekitar abad 13 M, benih pembaharuan dunia Islam
sesungguhnya telah muncul. ketika dunia Islam mengalami kemunduran di berbagai
bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu Taimiyah, seorang muslim yang
sangat peduli terhadap nasib umat Islam dengan mendapat dukungan muridnya Ibnu
Qoyyim al Jauziyah (691‒751). Mereka ingin mengembalikan kembali pemahaman
keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan pengamalan Rasulullah saw.
Gerakan salaf ini kemudian menjadi ciri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam
yang mempunyai ciri sebagai berikut.
- Memberi ruang dan peluang ijtihad dalam berbagai kajian
keagamaan yang berkaitan dengan muamalah duniawiyah.
- Tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama
terdahulu.
- Memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum
salaf seperti kemusyrikan, khurafat, bid’ah, taqlid, dan tawasul.
- Kembali kepada al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber
utama ajaran Islam.
Secara garis besar isi pemikiran
Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang
agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhayul serta bid’ah yang masuk ke
dalam ajaran Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat di kalangan
umat Islam, menghilangkan paham salah yang dibawa oleh tarekat tasawuf,
meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik
negara Barat.
Selanjutnya, ide-ide cemerlang Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan yang lainnya
dilanjutkan oleh para tokoh muda yang lahir pada abad ke-18. Mereka meyakini
bahwa umat Islam sudah tertinggal jauh dibandingkan dunia Barat. Umat Islam
masih berkutat pada hal-hal yang tidak rasional seperti bid’ah, khurafat, dan
tahayyul. Satu-satunya jalan adalah umat Islam harus bangkit dari kebodohan
itu. Maka, lahirlah tokoh-tokoh pembaharu Islam.
A.
Tokoh
Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern
1 Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, daerah Najed pada
tahun 1115 H dan wafat
pada
tahun 1206 H. Negeri tempat kelahirannya adalah sebuah daerah terpencil di
pedalaman Arab Saudi. Daerah ini tandus dan tidak banyak diperhatikan orang
sebelum timbulnya gerakan pemberharuan yang dipelopori Muhammad bin Abdul
Wahab. Meskipun daerah ini secara resmi merupkan daerah jajahan turki, tetapi
pemerintahan turki tidak begitu memerhatikan daerah ini. Karena tidak begitu
mempunyai wakil pemerintahan yang efektif, kabilah-kabilah Arab yang mendiami
daerah ini tersebut tetap sebagai kelompok-kelompok yang bebas. Mereka di bawah
bimbingan berbagai kepala suku (amir-amir) mereka. Pada masa itu, kebesaran dan
kekuasaan kerajaan Turki Usmani mulai merosot dan rapuh.
Muhammad bin Abdul Wahab melajutkan belajar ke berbagai
negeri, seperti Basrah (tinggal selama 4 tahun), Bagdad (tinggal selama 5
tahun), Kurdistan (selama setahun), dan Hamadan (tinggal selama 2 tahun).
Kemudian, ia pergi ke Isfahan untuk mempelajari filsafat dan tasauf. Setelah
itu, ia pulang ke negerinya setelah singgah di Kota Qum.
Paham dan gerakan Muhamman bin Abdul Wahab di bidang akidah
dan syariah adalah sebagai berikut:
a. Tauhid adalah pemahaman tentang
ketuhanan yang penting memadai sebagai jalan yang mampu memurnikan akidah Islam
yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya.
b. Tidak ada perkataan seorang pun yang
patut dijadikan dalil agama Islam, melaikan firman Allah dan sunah Rasulullah
saw.
c. Taklid kepada ulama tidak
dibenarkan.
d. Pintu ijtihad terbuka sepanjang masa
dan tidak pernah terputus.
e. Syirik dalam segala bentuk, khurafat
dan takhayul harus dikikis habis.
f. Ia menhendaki system pendidikan
diubah dengan system dinamis dan kreatif.
2.
Shah Waliullah
Biografi singkat:
Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din
Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin Mu’azam bin Mansur bin
Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia dilahirkan pada hari Rabu,
tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah kota kecil di
dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki “Shah
Waliullah” yang berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia
memulai studinya di usia lima tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari
Al-Quran pada usia tujuh. Dia adalah pengikut Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan
penganut mazhab fikih Hanafi.
pemikiran pemikiran:
Ketika ia dewasa ia menyaksikan kemunduran yang dialami oleh umat Islam
India dalam berbagai hal dan berada pada titik kritis kemundurannya. Hal
ini sangat berbeda sekali dengan ketika ia dilahirkan, dimana kerajaan
moghul Islam sedang dalam puncak kebesarannya.
Dalam keadaan demikian ia terpanggil hatinya untuk mengubah tatanan
sosial dan politik di India zaman itu. Sebagai seorang yang realistik,
ia berusaha memberikan diagnose terhadap perbagai penyakit yang merasuki
politik maupun semangat keagamaan masyarakat Islam, dan menganjurkan
cara pengobatan untuk kesembuhannya dari jurang kehancuran.
Menurutnya, salah satu sebab kemunduran umat Islam salah satunya adalah
masuknya adat-istiadat dan ajaran-ajaran bukan islam ke dalam keyakinan
umat islam (bid’ah). Umat Islam di India menurutnya banyak dipengaruhi
oleh adat-istiadat dan ajaran Hindu. Karena itu keyakinan ajaran umat
islam harus dibersihkan dari hal-hal asing tersebut. Mereka mesti dibawa
kembali kepada ajaran-ajaran islam yang sebenarnya bersumber yang asli
yaitu Al Qur’an dan Hadits. Dan untuk mengetahui ajaran-ajaran islam
sejati, orang harus kembali kepada 2 sumber tersebut bukan kepada
buku-buku tafsir, fiqih, ilmu kalam dan sebagainya.
Dan penyebab kemunduran umat yang lainnya adalah taqlid atau mengikut
dan patuh pada penafsiran dan pendapat-pendapat ulama-ulama masa
lampau. Ia mensarankan agar masyarakat Islam bersifat
dinamis. Penafsiran yang sesuai untuk suatu zamannya belum tentu sesuai
dengan zaman sesudahnya. Oleh karena itu ia menentang taqlid dan sangat
menganjurkan untuk berijtihad. Ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam
Al Qur’an dan hadits, melalui ijtihad harus disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Karena itu dalam rangka pemikiran ajaran islam yang
murni dan yang telah kemasukan adat istiadat, ia membedakan antara Islam
yang universal dan Islam yang mempunyai corak lokal. Islam universal
mengandung ajaran-ajaran dasar yang kongkrit, sedang islam lokal
mempunyai corak yang ditentukan oleh kondisi tempat yang bersangkutan,
dan yang harus dikembangkan menurutnya adalah Islam yang universal.
Syah Waliyullah juga berusaha mendamaikan perpecahan yang terjadi
dikalangan umat islam, yang diakibatkan oleh pertentangan oleh aliran
dan mazhab. Menurutnya hal ini merupakan sebab lain bagi lemahnya umat
Islam. Pada zamannya memang terjadi pertentangan yang sangat
tajam antara Sunni dengan Syi’ah, Mu’tazilah dengan Asy’ariyah dan
Maturidiyah, dilain pihak Kaum Sufi dan kaum Syari’ah dan diantara
pengikut Mazhab yang 4-pun demikian. Oleh sebab itu ia berusaha untuk
mengadakan suasana damai antara golongan-golongan tersebut. Syi’ah oleh
kalangan sunni yang mayoritas dipandang telah keluar dari Islam,
pendapat ini dilawan oleh Syah Waliyullah dengan menegaskan bahwa kaum
Syi’ah sama halnya dengan kaum Sunni, masih tetap Islam. Ajaran-ajaran
yang mereka anut tidak membuat mereka keluar dari Islam.
Dalam bidang tasauf ia berupaya menyelaraskan konsepsi Ibn Arabi tentang
wihdah al wujud (kesatuan wujud) dengan konsepsi Syaikh Ahmad Sirhindi
(w.1624 M) tentang wahdah al syuhud (kesatuan penyaksian).
Dalam bidang hadist, ia adalah pelopor kebangkitan hadits di wilayah
India, dimana waktu itu studi hadits di Timur Tengah mengalami
kemandegan. Dalam bidang hadits ini, ia membuat syarah kitab Al
Muwaththa karya Imam Malik dalam dua bahasa (bahasa Arab dan Persia),
yaitu Al Mushaffa dan Al Maswa. Pembaharuan dalam pemikiran dan juga studi hadits ini ini dilanjutkan oleh anak dan cucu-cucunya.
3.
MUHAMMAD ALI PASYA
Muhammad Ali, adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla, Yunani,
pada tahun 1765, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. orang tuanya bekerja
sebagai seorang penjual rokok dan dari kecil Muhammad Ali telah harus bekerja.
Ia tak memperoleh kesempatan untuk masuk sekolah dengan demikian dia tidak
pandai menulis maupun membaca, meskipun ia tak pandai
Setelah Muhammad Ali mendapat kepercayaan rakyat dan pemerintah pusat Turki, ia
menumpas musuh-musuhnya, terutama golongan mamluk yang masih berkuasa di daerah-daerah
akhirnya mamluk dapat ditumpas habis. Dengan demikian Muhammad Ali menjadi
penguasa tunggal di Mesir, akan tetapi lama kelamaan ia asyik dengan
kekuasaannya, akhirnya ia bertindak sebagai diktator. Pada waktu Muhammad Ali
meminta kepada sultan agar Syiria diserahkan kepadanya, Sultan tidak
mengabulkannya. Muhammad Ali Pasya marah dan menyerang dan menguasai Syiria
bahkan serangan sampai ke Turki. Muhammad ali dan keturunannya menjadi raja di
Mesir lebih dari satu setengah abad lamanya memegang kekuasaan di Mesir.
Terakhir adalah Raja Farouk yang telah digulingkan oleh para jenderalnya pada
tahun 1953. Dengan demikian berakhirlah keturunan Muhammad Ali di Mesir.,[8]
Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali :
1. Politik luar negeri
Muhammad Ali menyadari bahwa bangsa mesir sangat jauh ketinggalan dengan dunia
Barat, karenanya hubungan dengan dunia Barat perlu diperbaiki seperti Perancis,
Itali, Inggris dan Austria . Menurut catatan antara tahun 1813-1849 ia mengirim
311 pelajar Mesir ke Itali, Perancis, Inggris dan Austria . Selain itu
dipentingkan pula ilmu Administrasi Negara, akan tetapi system politik Eropa
tidak menarik perhatian Muhammad Ali.
2. Politik dalam negeri
a. Membangun kekuatan militer.
b. Bidang pemerintahan.
c. Ekonomi.
d. Pendidikan.
4.
Al-Tahtawi
Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran
pembaharuan yang besar pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19 di
Mesir. Dalam gerakan pembaharuan Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi turut memainkan
peranan.
Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang terletak
di Mesir bagian Selatan, dan meninggal di Kairo pada tahun 1873. Ketika
Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir, harta orang tua
al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang di kuasai saat itu. Ia terpaksa belajar
di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun,
ia pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu
ia selesai dari studinya di Al-Azhar pada tahun 1822.
pemikirannya:
Bidang Ekonomi
Dalam bukunya manahijul-albab al-Misriyyah, fi mana hijil
adab al-‘Asriyyah: beliau menerangkan bahwa betapa pentingnya kemajuan
ekonomi bagi kemajuan suatu negara. Menurut pendapatnya masyarakat
kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan seperti yang beliau lihat di
Eropa. Dan menurut beliau kesejahteraan akan dicapai dengan tiga cara:
berpegang teguh pada agama, berbudi pekerti baik, dan kemajuan ekonomi.
Sedangkan ekonomi mesir sendiri bergantung pada pertanian, ia memuji usaha yang
di jalankan Muhammad Ali dalam lapangan ini.
Ø Bidang Pemerintahan
Menurut pendapat Al-Tahtawi masyarakat suatu
negara tersusun dari empat golongan: Raja, kaum Ulama dan Ahli-ahli, Tentara
dan Kaum Produsen. Dua golongan pertama adalah golongan yang memerintah dan
menjalankan kesejahteraan suatu negara sedangkan dua golongan yang lain adalah
golongan rakyat yang harus patuh dan setia kepada pemerintahan.
Ø Bidang Pendidikan
Al-Tahtawi
semasa hidupnya banyak waktu yang dihabiskan untuk mengejar, dan mengatur pendidikan,
dia menemukan ide-ide mengenai pendidikan dalam buku yang ditulisnya. Dia
menyatakan, bahwa pendidikan itu harus ada kaitanya dengan masalah-masalah
masyarakat dan lingkungan.
Dan dalam
bukunya
Al-Mursyidul-Amin lil Banati wal Banin, beliau menjelaskan
bahwa, pendidikan dasar mesti bersifat universal dan sama bentuknya untuk
segala golongan. Pendidikan menengah mesti mempunyai kualitas tinggi. Anak-anak
perempuan mesti memperoleh pendidikan yang sama dengan anak laki-laki. Kaum ibu
harus mempunyai pendidikan, gar dapat menjadi istri yang baik dan dapat menjadi
teman suami dalam kehidupan intlektual dan sosial dan bukan hany a menjadi
istri yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani keluarganya juga agar dapat bekerja
seperti laki-laki dalam batas-batas kesanggupan dan pembawa mereka, selanjutnya
agar mereka dapat melepas kekosongan waktu di rumah dan dari kebiasaan
mengobrol dengn tetangga.
Ø Patriotisme
Menurut
Al-Tahtawi pendidikan bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga
membentuk rasa kepribadian dan menanamkan
hubb al-watan (rasa
patriotisme). Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang
mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai peradaban. Al-Tahtawi adalah orang
mesir yang pertama kali menganjurkan patriotisme. Kata-kata
watan dan
hubb
al-watan kelihatan selalu di pakai oleh Al-Tahtawi dalam buku kedua dan
ketiga.
Ø Ijtihad Dan Pengetahuan Modern
At-Tahtawi
berpendapat bahwa kaum ulama harus mengetahui Ilmu-ilmu moderen agar mereka
dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan-kebutuhan modern. Ini mengandung
arti bahwa ijtihad yang tertutup pintunya semenjak abad ke-11 M, bagi
Al-Tahtawi dalah tebuka, tetapi beliau belum berani mengungkapkan secara
terang-terangan. Karena masyarakat islam belum bisa menerima pendapat pada masa
itu karena di anggap telalu radikal.
5. Jamaluddin al-Afgani
Jamaluddin al-Afgani nama aslinya adalah Muhammad Ibnu
Safdar al-Husainy. Ia lahir pada tahun 1838 M di Kota Asadabad. Kawasan distri
Kabul, bagian timur Afghanistan. Ia wafat pada tahun 1897 M di Iran dalam
status tahanan politk.
Sejak kecil, ia sudah belajar membaca al-Qur’an, bahasa
Arab, Persia, Ilmu tafsir, imu hadis, tasawuf, dan filsafat. Ia juga pernah
menuntut ilmu ke Iran dan Irak, pusat perguruan Syiah. Selama beberapa tahun,
ia menjadi murid seorang sarjana syiah bernama Murtada an-Nasary.
Pada
usia 20 tahun, Jamaluddin al-Afgani menjadi pembantu pangeran Muhammad Khan di
Afghanistan pada tahun 1864 M, ia menjadi penasihat Sher Ali Khan, kemudian ia
diangkat menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad ‘Azham Khan
berkat kecerdasan dan kepribadiannya yang menarik. Jamaluddin al-Afgani banyak
memperoleh pengalaman selam mengembara ke berbagai Negara, seperti ke India dan
Mesir. Ia juga menjadi dosen kaum intelektual di Universitas al-Azhar Mesir. Di
antara muridnya yang cukup terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul.
Pokok
pemikiran Jamaluddin al-Afgani:
1. Bangkitkan kesadaran berpolitik
melawan absolutism.
2. Lengkapi diri dengan sains dan tekonologi modern.
3. Kembali pada Islam yang sebenarnya.
4. Hidupkan aqidah Islam sebagai aqidah yang komprehensif dan independen.
5. Lawan kolonialisme asing.
6. Tegakkan persatuan Islam.
7. Infuskan ruh jihad ke jasad masyarakat Islam yang setengah mati.
8. Hilangkan rasa rendah diri dan rasa takut terhadap barat.
6.
MUHAMMAD ABDUH
Biografi
Ia
lahir di suatu desa (tidak jelas nama desanya) pada tahun 1849 M. Bapak Muhammad
Abduh bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah
lama tinggal di Mesir. Ibunya menurut riwayat berasal dari bangsa Arab yang
silsilahnya meningkat sampai kepada Umar bin Khattab.
.
Pemikiran-pemikirannya
Faktor penyebab terjadinya
kemunduran di kalangan umat Islam adalah :
- Paham jumud, yaitu paham yang beku,
tidak berkembang, statis di kalangan umat Islam. Paham ini berpendapat,
bahwa dalam ajaran Islam tidak perlu lagi didakan perubahan-perubahan
sebab sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.
- Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa
nasib manusia itu secara mutlak sudah ditentukan oleh Allah SWT, sehingga
manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap fatalis ini sudah mewabah di
kalangan umat Islam sebagai akibat faham tasawuf yang keliru yang
berkembang sejak abad 11- 13 M. Umat Islam melakukan tasawuf karena sikap frustasi dan putus asa
sebagai akibat kekalahan politik umat Islam, terutama sejak hancurnya
Baghdad pada abad XIII. Akibat dari perilaku tasawuf ini, umat Islam tidak
lagi mencintai ilmu pengetahuan sebagaimana pernah terjadi pada abad II
hijriyah ( abad VII M).
- Paham taqlid yang sudah mewabah di kalangan
umat Islam. Paham taqlid ini diakibatkan karena fanatik yang membabi buta
terhadap mazhab, akibat dari paham taqlid ini mengakibatkan umat Islam
tidak memiliki semangat untuk berijtihad, dan umat Islam menjadi
terpecah-pecah dan sulit untuk disatukan kembali menjadi ummatan wahidah.
- Umat Islam sudah tidak lagi memfungsikan peran
akal secara maksimal, sehingga umat Islam lebih banyak tunduk pada keadaan
dan pasrah kepada nasib. Menurut Muhammad Abduh, banyak sekali dalam ayat
Al-Qur’an yang memerintahkan kepada umat Islam untuk menggunakan akalnya.
Dari lemahnya akal ini mengakibatkan umat Islam mundur peradabannya dan
tidak berdaya menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang di
dunia Barat (Perancis dan Inggris).
C. Problem
solving :
Untuk memecahkan permasalahan umat
Islam yang harus dilakukan adalah :
- Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang
telah teetutup. Dengan ijtihad ummat Islam bekembang ilmu pengetahuan dan
peradabannya.
- Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada
keadaan di kalangan umat Islam, sebab Allah telah mencipakan akal yang
memilki kemauan bebas (free will) dan free act (bebas
berbuat) berdasarkan hukum sunnatullah (hukum sebab akibat).
- Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia
sebagaimana Barat sehingga ummat Islam akan mengalami kemajuan dan
kemenangan.
7. RASYID RIDHA
Biografi
Rasyid Ridla adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia
lahir pada tahun 1865 M. di desa Al-Qalamun Libanon. Menurut riwayat ia berasal
dari keturunan AL-Husein, cucu Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu ia selalu
memakai gelar Al- Sayyid di depan namanya
Pemikiran-pemikirannya
Pemikiran Rasyid Ridla tidak jauh berbeda dengan sang guru
(Muhammad Abduh). Menurut pendapat Rasyid Ridla, bahwa yang menyebabkan
kemunduran umat Islam adalah sebagai berikut :
1.
Tidak adanya semangat pemikiran dan
penelitian (ijtihad) di kalangan umat Islam secara dinamis. Umat Islam
beranggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Hilangnya semangat ijtihad ini
bertentangan dengan hukum sunnatullah yang selalu berkembang dan tidak pernah berhenti Ajaran Islam yang tidak boleh dirubah adalah
mengenai masalah ibadah, yang secara tegas sudah diatur secara jelas, (ibadah
mahdlah). Akan tetapi mengenai persoalan muamalah (hubungan manusia
dengan yang lain) seperti : ekonomi, sosial, ilmu pengetahuan dan teknologi,
politik, dll, akan selalu berkembang sesuai dengan kemajuan zaman. Oleh karena
itu, fiqh yang menyangkut persoalan kehidupan manusia dalam masyarakat tadi
selalu membutuhkan ketetapan hukum baru yang bersumber pada ijtihad.
2.
Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa
nasib manusia itu secara mutlak sudah ditentukan oleh Allah SWT, sehingga
manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap fatalis ini sebagai akibat tidak
difungsikannya peran akal secara maksimal. Menurut Rasyid Ridla, akal adalah hidayah
Allah ( disamping wahyu) yang berfungsi untuk mencari kebenaran terhadap
ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis (Al-Qur’an) maupun ayat-ayat kauniyyah
(alam semesta).
3. Untuk
mewujudkan kejayaan ummat Islam perlu digalang
persatuan umat Islam, dan agar persatuan umat Islam terwujud perlu dibentuk khilafah
islamiyah. Rasyid Ridla tidak
sependapat dengan gurunya (Muhammad Abduh) yang terlalu liberal (bebas) dan
kebarat-baratan. Rasyid Ridla juga tidak sependapat dengan paham nasionalime
yang berkembang di Negara Islam (terutama di Turki). Sebab nasionalisme tidak
dikenal dalam Islam
8. Sayyid ahmad
Khan
Biografi Singkat
Ia lahir di Delhi
pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu Nabi
Muhammad saw melalui Fatimah dan Ali. Ia mendapat pendidikan tradisional dalam
pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia
orang yang rajin membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu
berusia depalan belas tahun ia masuk
bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia bekerja pula sebagai hakim.
Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.
B. Pemikiran-pemikiran Pembaharuan
1.
Bidang Politik :
a.
Peningkatan kemajuan umat Islam di India dapat diwujudkan bukan melawan
penjajah Inggris, tetapi harus bekerja sama dengan Inggris sebagaimana yang
dilakukan umat Hindu.
b. Umat Hindu lebih maju peradabanya dari pada
umat Islam sebab umat Hindu lebih senang
bekerja sama dengan Inggris.
c. Inggris maju
dalam hal peradabannya karena lebih menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,
oleh karena itu umat Islam harus belajar Iptek dari penjajah Inggris.
d. Memberontak
atau melawan Inggris tidak ada artinya apabila umat Islam belum mampu melawan.
e. Berusaha
meyakinkan pihak Inggris bahwa umat Islam bukan musuh tetapi umat yang cinta
damai.
f. Umat Islam adalah satu umat yang tidak dapat membentuk
suatu Negara dengan umat Hindu, oleh karena itu umat Islam harus memiliki
Negara sendiri.
2. Bidang agama :
a.
Umat Islam mundur dikarenakan faham fatalist (jabbariyah),
yaitu paham bahwa nasib manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sehingga manusia
tidak sanggup merubahnya. Akibat dari paham ini menyebabkan umat Islam tidak
memiliki kemauan keras untuk maju, pasrah tanpa usaha serta lebih senang
menyerahkan persoalannya kepada Tuhan.
Padahal Tuhan telah memberikan akal dan potensi lain yang dianugerahkan
kepada manusia untuk mencapai kemjuan-kemajuan.
b. Sebenarnya manusia
diberikan kebebasan untuk memaksimalkan peran akalnya (free will) dan
berbuat sesuatu secara bebas (free act) namun tetap dalam koridor tauhid
kepada Allah dan tidak bertentangan dengan hukum Allah.
c. Kebebasan dalam
berfikir umat Islam terhenti karena pendapat, bahwa pintu ijtihad telah
tertutup. Akibat dari pendapat ini umat Islam tidak memiliki gairah untuk menemukan
teori-teori baru melalui jalan ijtihad sebagaimana telah terjadi pada abab II
H, di mana umat Islam pernah mencapai kejayaan di semua bidang pengetahuan.
d. Dalam kehidupan
ini, Allah telah menentukan hukum alam (nature law) yang telah
ditetapkan sesuai kehendaknya. Hukum itu berupa hukum sebab akibat yang berlaku
bagi setiap orang /manusia. Dalam menentukan hukum alam ini , manusia diberikan
kebebasan untuk memilih (ikhtiyar) antara baik atau jelek, dan antara
maju atau mundur.
9. Sultan Mahmud II
biografi singkat:
Mahmud lahir di Istambul pada
tanggal 13 Ramadhan 1199 bertepatan dengan tanggal 20 Juli 1785 dan meninggal
pada tanggal 1 Juli 1839. Dia adalah sultan ke-33 dari sultan Kerajaan Ottoman
di Turki. Diangkat menjadi sultan pada tanggal 28 Juli 1808 menggantikan
kakaknya Mustafa IV sampai ia meninggal. Ayahnya bernama Salim III (sultan
ke-31). Sultan Mahmud II dipandang sebagai pelopor pembaruan di Kerajaan
Ottoman, sebanding dengan Muhammad Ali (1805-1849) yang memelopori pembaruan di
Mesir. Sementara itu dalam Kerajaan Ottoman, pembaruan sudah dimualai sejak
Sultan Mustafa IV sampai pada sultan-sultan sesudahnya, sehingga masa ini
disebut periode modern. Mahmud II semasa kecilnya selain memperoleh pendidikan
tradisional dalam bidang agama, juga memperoleh pendidikan pemerintahan dan
sastra (sastra Arab, Turki, dan Parsi). Dalam suatu pemberontakan tentara
Janissary (Turki: yeni cheri), pada masa pemerintahan Mustafa IV, semua
anggota keluarga Ottoman terbunuh kecuali Mahmud II yang sempat lolos.
pemikiran pemikiranya:
sultan Mahmud II adalah pelopor pembaharuan Islam di Turki. Dia
banyak melakukan pembaharuan (modernisasi) diantaranya:
1.
Pembaharuan
di bidang militer. Ia membentuk korps tentara baru yang pelatihnya dikirim dari
Mesir oleh Muhammaad Ali Pasya.
2.
Sultan
Mahmud II menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahan.
3.
Kedudukan
sadrazam dihapus dan diganti dengan
Perdana Menteri. Kekuasaan yudikatif yang pada mulanya di tangan sadrazam
dipindahkan ke Syekh Islam.
4.
Menghapus
hukuman mati yang biasa dilakukan para penguasa terhadap tersangka tanpa
melalui prosedur hukum.
5.
Menghapus
tradisi rakyat Turki, apabila mereka menghadap sultan maka mereka harus
berlutut.
6.
Pembaharuan
di bidang pendidikan. Dia memasukkan kurikulum pendidikan umum ke dalam lembaga
pendidikan madrasah.
7.
Mengirim
siswa-siswa untuk belajar di Eropa.
8.
Mendirikan
sekolah Kedokteran, Kemiliteran, Teknik dan Pembedahan.
9.
Mengadakan
pembaharuan di bidang Ekonomi.
10.Muhamad Iqbal
Biografi Singkat
Muhammad Iqbal adalah
The founding father of Pakistan (Bapak pendiri Pakistan), seorang
filosof serta penyair. Ia berasal dari
keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot pada tahun 1876.
Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana sampai
ia memperoleh gelar kesarjanaan MA. Di
kota itulah ia berkenalan dengan Thomas Arnold, seorang Orientalis, yang
menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris.
Di tahun 1905 ia pergi ke Negara ini dan masuk ke Universitas Cambridge untuk
mempelajari filsafat, Dua tahun kemudian dia pindah ke Munich di Jerman, dan di
sinilah ia memperoleh gelar Ph.D (Philosophy of Doctor) dalam tasawuf. Tesis doctoral yang dimajukannya berjudul : The
Development of Metaphyscs in Persia.
Pada tahun 1908 ia berada kembali di
Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara ia menjadi dosen falsafat.
Bukunya The Reconstruction of Religius Thought in Islam adalah hasil
ceramah-ceramah yang diberikannya di
beberapa universitas di India.
B. Pemikiran-pemikirannya
1. Bidang agama
a. Ajaran Islam itu
bersifat dinamis tidak statis. Dalam Islam ada ungkapan :
“ Al- Islam
shalih li kulli zaman wa makan” (Islam itu fleksibel dalam sitiuasi dan kondisi apapun).
b. Barat maju karena pemikiran Barat
selalu dinamis, tidak pernah berhenti. Barat sangat cinta ilmu pengetahuan dan
senantiasa berijtihad (mengadakan research/penelitian).
c. Umat Islam agar senantiasa
menciptakan ide-ide baru dalam dunia baru, tidak boleh pasrah terhadap keadaaan
dan tidak boleh lama-lama tidur. Umat Islam harus bangkit dari tidurnya. Dalam
pandangan Iqbal, bahwa orang kafir yang aktif lebih baik dari pada muslim yang
suka tidur. (pemikirannya serta malas usaha).
2. Bidang
Politik :
a. Umat Islam bisa maju harus hidup
dalam satu ikatan umatan wahidah, yaitu adanya Pemimpin Islam dunia
untuk menyatukan umat Islam.
b. Iqbal menolak nasionalisme Barat
yang membuat umat Islam terpecah-pecah menjadi negara –negara kecil. Negara
boleh beda, tetapi bangsa tetap satu yaitu umat Islam.
c. Iqbal menolak kapitalisme dan
imperialisme Barat yang menyengsarakan bangsa-bangsa, sebaliknya
Iqbal lebih tertarik sosialisme yang berkembang di Barat, sebab sosialisme
identik bahkan sebagian dari ajaran Islam.
d. Nasionalisme yang berkembang di
India yang terdiri dari dua kekuatan yaitu Islam dan Hindu ia setuju, tetapi
sulit untuk diwujudkan. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa umat Islam di
India harus memilih antara tetap hidup di India dengan tetap menjadi kaum
minoritas, atau memisahkan diri dari India dengan memiliki Negara dan kekuasaan
sendiri. (ini merupakan embrio kelahiran Negara Pakistan).
Kesimpulan : Hikmah mempelajari sejarah
perkembangan Islam pada abad modern dapat disikapi dengan sejarah tersebut
dapat memberikan ide dan kreatifitas tinggi untuk mengadakan
perubahan-perubahan supaya lebih maju dengan cara yang efektif dan efisien,
Problema-problema masa lalu dapat menjadi pelajaran dalam bidang yang sama pada
masa yang selanjutnya, Pembaharuan dapat dilakukan dalam berbagai bidang baik
ekonomi, pendidikan ,politik dan lain sebagainya.